Cinta adalah kedamaian,
marah adalah petaka. Cinta adalah konstruktif, sedangkan benci adalah
destruktif. Cinta adalah cahaya, sementara benci adalah kegelapan. Cinta adalah
kesemarakan, sedangkan dengki adalah kehancuran. Cinta membuka yang tertutup,
sementara benci menutup yang terbuka. Cinta menggerakkan gunung dan bebukitan,
sedangkan benci menghentikan perjalanan. Cinta menghidupkan yang mati, sementara
benci mematikan yang hidup.
Cinta adalah energi yang
luar biasa, lebih terang dari matahari, lebih jelas dari sinar, lebih cepat
dari cahaya, dan lebih kuat dari nuklir. Cinta menciptakan berbagai mukjizat.
Ia yang mengubah setan menjadi malaikat. Ia mengubah yang binal menjadi bayi
yang tenang. Ia mengubah yang tidak dikenal menjadi pelita yang terang. Cinta
adalah perasaan paling suci, paling luhur, paling bersih dan merupakan tujuan
yang paling tinggi.
Sesungguhnya setiap
aktivitas yang terjadi di alam raya ini bersumber dari rasa cinta. Entah dari
rasa cinta yang terpuji nan suci maupun yang tercela karena nafsu. Setiap amal
yang berhubungan dengan keimanan dan religius pasti bersumber dari rasa cinta
yang terpuji. Dan cinta yang terpuji berasal dari Allah Swt.
Cinta tercela yang karena
nafsu dan dibimbing iblis dan laskarnya, bukanlah termasuk cinta yang berasal
dari keimanan. Dan ending dari semua itu adalah penyakit yang akan
membawanya kepada siksa Allah Swt.
Tak ada lagi tingkatan
setelah mahabatullah (cinta kepada Allah) kecuali buah dan hasil dari mahabbatullah
tadi. Yaitu kerinduan, kelembutan, dan keridhaan. Begitu juga, tidak ada
tingkatan sebelum mahabatullah selain pendahuluan-pedahuluannya, seperti
taubat, sabar, qanaa’ah, zuhud dan akhlak mulia sejenisnya. Tetapi orang
yang mencintai Allah (Al Muhib lillah) dan ingin menaikkan tingkatannya
menjadi orang yang dicintai Allah (Al mahbub minallah), maka jalannya
adalah melalui amal. Jadi iman dan amal shaleh adalah bagaikan dua sisi mata
uang yang tak bisa dipisahkan.
Allah ingin kita
mencintai-Nya, dan kita harus terus dan terus berusaha untuk mendapatkan
cinta-Nya pula. Untuk itu kita perlu memohon pertolongan-Nya agar kita bisa
sampai disana. Dalam hal ini Rasulullah mengingatkan kita dengan sabdanya, “Pada
suatu ketika, Tuhanku mendatangiku dalam mimpi. Dia kemudian berfirman ‘Wahai
Muhammad, katakanlah, Ya Allah, aku memohon kepada-Mu agar aku bisa
mencintai-Mu, mencintai orang yang mencintai-Mu, dan bisa mengerjakan amal yang
bisa membuatku cinta kepada-Mu.”
Jibril pun pernah menghadap
kepada Rasulullah Saw seraya berkata : “Ketahuilah (wahai Muhammad) orang
mukmin yang paling mulia adalah mereka yang beribadah (melakukan shalat) di
malam hari. Sedangkan orang yang paling mulia adalah mereka yang tidak
membutuhkan manusia,” (HR Tabrani). Tidak membutuhkan manusia dalam arti
bukan melepaskan diri sebagai makhluk sosial, tetapi tidak mengeluh kepada
manusia, sebaliknya selalu menjadi solusi bagi yang lain. Mudah-mudahan kita
melakukan yang demikian itu, Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar